Minggu, 24 Juni 2012

Persediaaan Untuk Menyambut Kedatangan Ramadhan

Tak terasa kita akan berjumpa kembali dengan Bulan Penuh Berkah, namun sebagai manusia yang tak luput dari dosa maka selayaknya kita mempersiapkan dengan sepenuh hati dalam berlomba-lomba meraih pengampunan di bulan Ramadhan tersebut... Berikut ini beberapa persiapan yang perlu dicermati untuk menyambut Bulan Penuh Berkah antara lain:

1) Berdoalah agar Allah swt. Memberikan kesempatan kepada kita untuk bertemu dengan bulan Ramadhan dalam keadaan sehat wal afiat. 

Dengan keadaan sehat, kita dapat melaksanakan ibadah secara maksimal di bulan itu, baik puasa, solat, tilawah, dan zikir. 
Dari Anas bin Malik r.a. berkata, bahwa Rasulullah saw. apabila masuk bulan Rejab selalu berdoa, 

“Allahuma bariklana fii rajab wa sya’ban, wa balighna ramadan.” artinya, ya Allah, berkahilah kami pada bulan Rajab dan Sya’ban dan sampaikan kami ke bulan Ramadhan. (HR. Ahmad dan Tabrani)

Para salafush-soleh selalu memohon kepada Allah agar diberikan kurnia bulan Ramadhan dan berdoa agar Allah menerima amal mereka. 

Bila telah masuk awal Ramadhan, mereka berdoa kepada Allah, “Allahu akbar, allahuma ahillahu alaina bil amni wal iman was salamah wal islam wat taufik lima tuhibbuhu wa tardha.

” artinya, ya Allah, kurniakan kepada kami pada bulan ini keamanan, keimanan, keselamatan, dan keislaman dan berikan kepada kami taufik agar mampu melakukan amalan yang Engkau cintai dan ridhai.

# ●●/●●/●●/●●/●●/●●/●●/●●/●● #

2) Bersyukurlah dan pujian kepada Allah atas kurnia Ramadhan yang kembali diberikan kepada kita. 

Al-Imam Nawawi dalam kitab Adzkar-nya berkata, “Dianjurkan bagi setiap orang yang mendapatkan kebaikan dan diangkat dari dirinya keburukan untuk bersujud kepada Allah sebagai tanda syukur 
dan memuji Allah dengan pujian yang sesuai dengan keagungannya.” 

Dan di antara nikmat terbesar yang diberikan Allah kepada seorang hamba adalah ketika dia diberikan kemampuan untuk melakukan ibadah dan ketaatan. 

Maka, ketika Ramadhan telah tiba dan kita dalam keadaan sihat wal afiat, kita harus bersyukur dengan memuji Allah sebagai bentuk syukur.

# ●●/●●/●●/●●/●●/●●/●●/●●/●● #

3) Bergembiralah dengan kedatangan bulan Ramadhan. 

Rasulullah s.a.w. selalu memberikan kabar gembira kepada para shahabat setiap kali datang bulan Ramadhan,

“Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan yang penuh berkah. Allah telah mewajibkan kepada kalian untuk berpuasa. Pada bulan itu Allah membuka pintu-pintu syurga dan menutup pintu-pintu neraka.” (HR. Ahmad).

Salafush-soleh sangat memperhatikan bulan Ramadhan. Mereka sangat gembira dengan kedatangannya.
Tidak ada kegembiraan yang paling besar selain kedatangan bulan Ramadhan karena bulan itu bulan penuh kebaikan dan turunnya rahmat.

# ●●/●●/●●/●●/●●/●●/●●/●●/●● #

4) Rancanglah agenda kegiatan untuk mendapatkan manfaat sebesar mungkin dari bulan Ramadhan. 

Ramadhan sangat singkat. Karena itu, isi setiap detiknya dengan amalan yang berharga, yang dapat membersihkan diri, dan mendekatkan diri kepada Allah.

# ●●/●●/●●/●●/●●/●●/●●/●●/●● #

5) Bertekadlah mengisi waktu-waktu Ramadhan dengan ketaatan.

Barangsiapa Jujur kepada Allah, maka Allah akan membantunya dalam melaksanakan agenda-agendanya dan memudahkannya melaksanakan perkara-perkara kebaikan. 

“Tetapi jikalau mereka benar terhadap Allah, nescaya yang demikian itu lebih baik bagi mereka.” [Q.S. Muhamad (47): 21]

# ●●/●●/●●/●●/●●/●●/●●/●●/●● #

6) Pelajarilah hukum-hukum semua amalan ibadah di bulan Ramadhan.

Wajib bagi setiap mukmin beribadah dengan dilandasi ilmu. Kita wajib mengetahui ilmu dan hukum berpuasa sebelum Ramadhan datang agar puasa kita benar dan diterima oleh Allah. 

“Tanyakanlah kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui,” begitu kata Allah di Al-Qur’an surah Al-Anbiyaa’ ayat 7.

# ●●/●●/●●/●●/●●/●●/●●/●●/●● #

7) Sambut Ramadhan dengan tekad meninggalkan dosa dan tabiat buruk.

Bertaubatlah secara benar dari segala dosa dan kesalahan. Ramadhan adalah bulan taubat. “Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman, supaya kamu beruntung.” [Q.S. An-Nur (24): 31]

Hadiri majlis ilmu yang membahas tentang keutamaan, hukum, dan hikmah puasa. Sehingga secara mental kita siap untuk melaksanakan ketaatan pada bulan Ramadhan.

# ●●/●●/●●/●●/●●/●●/●●/●●/●● #

9) Siapkan diri untuk berdakwah di bulan Ramadhan dengan membuat catatan kecil untuk kultum tarawih serta ba’da sholat subuh dan zhuhur, memberikan buku saku atau lebaran yang berisi nasihat dan keutamaan puasa.

# ●●/●●/●●/●●/●●/●●/●●/●●/●● #

10) Sambutlah Ramadhan dengan membuka lembaran baru yang bersih.

Kepada Allah, dengan taubatan nashuhah. 
Kepada Rasulullah saw., dengan melanjutkan risalah dakwahnya dan menjalankan sunnah-sunnahnya. 
Kepada orang tua, istri,anak, dan kaum kerabat, dengan mempererat hubungan silaturrahim. 
Kepada masyarakat, dengan menjadi orang yang paling bermanfaat bagi mereka. Sebab, manusia yang paling baik adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.

# ●●/●●/●●/●●/●●/●●/●●/●●/●● ##●●/●●/●●/●●/●●/●●/●●/●●/●● ## ●●/●●/●●/●●/●●/●●/●●/●●/●● #
Sumber : http://mujahidahsejati.blogdrive.com/

Senin, 18 Juni 2012

SHOLAT yang Tidak Diterima oleh Allah SWT

Pada suatu..... Ceile peribahasa dongeng akhirnya keluar juga..... hehehehe

Setelah sekian lama menunggu Ustadz keren untuk mendengarkan siraman rohaninya,akhirnya malam jum'at tanggal 7 Juni 2012 ku sempatkan datang menghadiri Ceramah Ustadz Abdurrahman dari Bengkulu Ba'da Isya' di Masjid kebanggaan warga Batulicin pada khususnya dan warga Tanah Bumbu pada umumnya
Gaya ceramahnya sih mengasyikkan dengan pantun2 jenaka sehinggan tidak membuat mata ini tertidur lelap mendengarkan siraman rohaninya di malam itu....

Namun, saat itu tak ada persiapan yg lengkap untuk mencatat syara' dari ceramahnya tentang 10 golongan yang tidak diterima ibadah sholatnya....
Jadi ane terpaksa googling2 dikit biar ilmu ini sedikit lengkap sebagai berikut :



Rasulullah S.A.W. telah bersabda yang bermaksud :
“Barangsiapa yang memelihara shalat, maka shalat itu sebagai cahaya baginya, petunjuk dan jalan selamat dan barangsiapa yang tidak memelihara shalat, maka sesungguhnya shalat itu tidak menjadi cahaya, dan tidak juga menjadi
petunjuk dan jalan selamat baginya.”
Rasulullah S.A.W juga telah bersabda: “10 orang shalatnya tidak diterima oleh Allah S.W.T.:
1. Orang lelaki yang solat sendirian tanpa membaca sesuatu.
2. Orang lelaki yang mengerjakan shalat tetapi tidak mengeluarkan zakat.
3. Orang lelaki yang menjadi imam, padahal orang yang menjadi makmum membencinya.
4. Orang lelaki yang melarikan diri.
5. Orang lelaki yang minum arak tanpa mau meninggalkannya.
6. Orang perempuan yang suaminya marah kepadanya.
7. Orang perempuan yang mengerjakan shalat tanpa memakai tudung.
8. Imam atau pemimpin yang sombong dan zalim menganiaya.
9. Orang-orang yang suka makan riba’.
10. Orang yang shalatnya tidak dapat menahannya dari melakukan perbuatan yang keji dan mungkar.”
Sabda Rasulullah S.A.W yang bermaksud : “Barang siapa yang shalatnya tidak dapat menahannya dari melakukan  perbuatan keji dan mungkar, maka sesungguhnya shalatnya itu hanya menambahkan kemurkaan Allah S.W.T dan jauh dari Allah.”
Hasan r.a berkata : “Kalau shalatmu itu tidak dapat menahanmu dari melakukan perbuatan mungkar dan keji, maka sesungguhnya kamu dianggap orang yang tidak mengerjakan shalat. Dan pada hari kiamat nanti shalatmu itu akan dilemparkan semula ke arah mukamu seperti satu bungkusan kain tebal yang buruk.” (situslakalaka.com)

Semoga ilmu yang sedikit ini membawa berkah bagi sesama...

Salam satu jiwa muslim imut2!!!!
^_^

Senin, 04 Juni 2012

Saatnya bangkit!!!!

Assalamualaykum

Setelah sekian lama bertapa di gua entah berantah entah di mana tempatnya, saatnya kembali ke jalan kebenaran #sepertilayaknya jagoan hehehehe

Maaf apabila kurang berkenan dengan tulisan alakadarnya ini mengingat ane merasa masih terdapat kekuperan diri ini dalam dunia per-blogger-an yang membutuhkan keahlian di bidang sastra dan imajinasi tingkat dewa..
#belajarpostingmaksa2dikit a.k.a copas kiri kanan Oke

Mari kita terus belajar, karena ilmu yang bermanfaat akan menjadi bekal di dunia kedua a.k.a Akhirat kelak

Langsung aja deh to the point, belajar dari kisah2 zaman Rasulullah masih menyentuh badan eh hati sanubari hmmmm berikut ini:


Ketika Kalung Fatimah Membuat Rasulullah Marah



Kehidupan Fatimah bersama Ali sangatlah sederhana. Mereka tak memiliki perabot rumah tangga kecuali alat memasak saja. Mereka tak memiliki kasur kecuali sebuah “kasur” tipis terbuat dari jerami gandum yang dibungkus kain kasar. Fatimah pun tak memiliki perhiasan kecuali sebuah kalung emas yang sudah lama dan jarang dikenakannya.
Suatu hari Fatimah datang kepada Rasulullah SAW. Wanita mulia bergelar Az-Zahra itu mengucap salam dan meminta izin untuk masuk. Setelah Rasulullah mempersilakan, betapa bahagianya Fatimah berada di dekat sang ayah. Keduanya berbincang dengan ceria. Wajah keduanya berbinar bahagia, laksana terobatinya kerinduan karena lama tak berjumpa.
Tiba-tiba, air muka Rasulullah berubah ketika beliau tahu Fatimah mengenakan kalung emas di lehernya. Fatimah mengerti bahwa ayahnya sedang marah.
Fatimah tak kuasa berkata apa-apa. Ia keluar dari kediaman Rasulullah dengan kesedihan yang menyesakkan dada. Selama ini Fatimah tak rela ada orang yang membuat Rasulullah marah atau sedih. Namun kini, dirinya yang membuat sang Nabi berduka? Gara-gara kalung butut itu?
Fatimah tak perlu waktu lama untuk menimbang. Kalung itu tak boleh ia pakai, tak boleh ia miliki lagi. Lalu dikemanakan? Apakah dijual dan dibelikan budak agar bisa membantunya? Karena selama ini Fatimah sendiri yang mencuci, memasak dan menggiling gandum. Sebenarnya fisik Fatimah lelah. Namun Fatimah khawatir Rasulullah tidak berkenan. Apalagi budak itu nanti akan mengingatkan Rasulullah pada kalung itu.
Akhirnya Fatimah memutuskan menjual kalung itu. Uangnya ia belikan budak. Tetapi bukan untuk membantunya. Setelah dibeli, budak itu segera dimerdekakannya.
Kini Fatimah kembali menghadap Sang Nabi. Sebelum Rasulullah bertanya, Fatimah mendahuluinya dengan memberikan laporan.
“Aku telah menjual kalung itu,” Fatimah berkata kepada Rasulullah yang serius mendengarkannya, “dan uangnya kupergunakan untuk membeli budak yang kemudian kumerdekakan.”
Seketika wajah Sang Nabi berseri-seri. Keceriaan dan kebahagiaan kembali menghiasi wajah Rasulullah yang suci.
Demikianlah sebuah fragmen dalam kehidupan Fatimah, kehidupan keluarga Nabi. Rasulullah SAW mendidik keluarganya untuk hidup sederhana. Menjadikan keluarganya sebagai teladan dalam segala hal, termasuk kesederhanaan.
Demikianlah pemimpin terbaik mengambil jalan hidup, dan memastikan jalan hidup itu juga ditempuh keluarganya.
Karenanya, Rasulullah dan keluarganya sangat dicintai sahabat dan umatnya. Tak pernah ada dalam sejarah ada sahabat yang iri dengan Rasulullah dan keluarganya dalam masalah dunia. Tak pernah ada orang yang mempertanyakan kekayaan Rasulullah dan keluarganya, karena mereka bukanlah orang kaya, justru hidupnya sangat sederhana. Tak pernah ada orang yang curiga dengan keikhlasan Rasulullah dalam memimpin dan berjuang, karena mereka tahu Rasulullah tak pernah mengambil keuntungan pribadi atau memperkaya keluarganya. Mereka tsiqoh kepada Rasulullah.
Jika Hasan Al Banna mengatakan bahwa tsiqoh adalah rasa puasnya seorang jundi kepada qiyadahnya dalam hal kemampuan dan keikhlasan, sungguh para sahabat sangat puas dengan Rasulullah. Puas dengan kepuasan yang sempurna. Tsiqoh dengan ke-tsiqoh-an yang sempurna.
Ke-tsiqoh-an seorang jundi, seorang anggota, seorang rakyat, kepada pemimpinnya salah satunya ditentukan oleh faktor itu: gaya hidup dan sikapnya soal harta untuk diri dan keluarga. Bahkan kurang apa pemimpin sehebat dan semulia Utsman bin Affan? Beliau dermawan dan hidup sederhana. Tetapi karena keluarga besarnya, yang ia percaya membantunya menjadi pejabat-pejabat negara, bergaya hidup mewah, Utsman terkena fitnah.
Lalu jika pemimpin sekarang tidak sebaik Utsman, bisakah ia selamat dari fitnah yang sama, bahkan lebih besar? Itulah susahnya menjadi pemimpin. Tetapi itu pula jalan keutamaan yang luar biasa: menjadi pribadi teladan dan mengkondisikan keluarga menjadi teladan pula, termasuk dalam kesederhanaan. Sederhana di zaman sekarang tentu tidak dituntut sampai pada level kesederhanaan Rasulullah dan Fatimah. Siapa yang mampu sehebat itu? Tetapi cukuplah jika ia sederhana dalam ukuran zaman sekarang; tidak bergaya hidup mewah dan tidak glamour dalam kekayaan di tengah rakyat yang terhimpit kesusahan. [Muchlisin]
Sumber : BeDa
Posted by Ade Permana


Wallahualam bi sowab